SELAMAT TEKA NANG BLOGE MAS AAN
Apa yang akan anda baca hanyalah pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, dan mudah-mudahan anda belum pernah membacanya.. Semoga dengan berkunjung kesini anda bisa tambah ilmu dan pengetahuan yang berkesan.. amiin

Senin, 31 Januari 2011

Diabetes Melitus Dapat Dicegah


Diabetes Melitus (DM) dapat dicegah, segera kendalikan faktor risiko sejak anak-anak agar tidak terjadi komplikasi yang fatal, dengan cara mengkonsumsi sayur, buah dan membiasakan melakukan aktifitas fisik. Untuk itu orang tua, institusi pendidikan formal maupun informal, dan masyarakat memegang peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan akibat DM.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH dalam sambutannya saat membuka acara Global Diabetes Walk dalam rangka hari Diabetes Sedunia tahun 2010 dengan tema Let’s Take Control of Diabetes Now (Ayo Cegah dan Kendalikan Diabetes Sekarang), Minggu (14/11/2010) di Ancol, Jakarta.

Menkes mengatakan, DM merupakan penyakit penyebab kematian nomor 6 di Indonesia dengan jumlah proporsi kematian sebesar 5,8 % setelah stroke, TB, Hipertensi, cedera dan Perinatal (hasil Riskesdas tahun 2007). DM disebabkan karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua–duanya di dalam tubuh manusia. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan tersebut ada yang tidak diketahui (idiopatik) dan ada yang disebabkan oleh gaya hidup/lifestyle seperti pola makan tidak sehat (kurang mengkonsumsi sayur dan buah) serta kurangnya aktifitas fisik dan kegemukan.

Dikatakan lebih lanjut, DM adalah salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah kasus DM di Indonesia yang berada di urutan ke- 4 setelah negara India, China dan Amerika dengan jumlah Diabetesi sebesar 8,4 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004), kata Menkes.

Resolusi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Nomor 61/225 tanggal 20 Desember 2006 menetapkan bahwa tanggal 14 November sebagai Hari Diabetes Sedunia (World Diabetes Day). Melalui peringatan ini PBB mengajak untuk melakukan kegiatan positif yang berkaitan dengan upaya pencegahan dan pengendalian DM, ujar Menkes.

Menurut Menkes, kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan R.I. dalam pencegahan dan pengendalian DM dilakukan secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Untuk itu pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat diterapkan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader kesehatan dan masyarakat.
Sumber : Kementrian Kesehatan RI

Jumat, 28 Januari 2011

KIAMAT Suku Maya SALAH HITUNG (?_?)

Salah Hitung, ‘KIAMAT’ Suku Maya BUKAN 2012

Tahun 2012 pernah jadi sangat penting dan membuat ketar-ketir gara -gara muncul film Hollywood bertema kiamat, ’2012′.

Film besutan sutradara Roland Emmerich itu memanfaatkan mitos akhir penanggalan Bangsa Maya, 21 Desember 2012, sebagai hari kehancuran dunia.

Saat ini, tahun 2012 kembali disebut-sebut gara-gara terbit buku berjudul “Calendars and Years II: Astronomy and Time in the Ancient and Medieval World” (Kalender dan Tahun II: Astronomi dan Waktu di Dunia Kuno dan Abad Pertengahan) terbitan tahun 2010.

Namun, jangankan soal kebenaran ramalan kiamat. Buku itu malah mengungkap perhitungan akhir kalender ‘Long Count’ Maya diduga kuat tidak akurat. Selisihnya bisa 50 sampai 60 tahun.

Bagaimana bisa?

Isu besarnya, saat meneliti kalender kuno, arkeolog berusaha mengkorelasikan frame waktu mereka dengan kalender modern (Gregorian).

Misalnya, momentum-momentum penting Bangsa Maya seperti kelaparan perang, perayaan agama — diterjemahkan dalam format hari/bulan/ tahun masa kini.

Para ahli Maya berusaha menemukan momentum penting yang bisa menghubungkan kelender ‘Long Count’ dengan Gregorian.

Untuk itu, para ilmuwan Maya menggunakan faktor korelasi yang dinamakan ‘Konstanta GMT’. Inisial GMT didapatkan dari nama penemunya – Joseph Goodman, Juan Martinez-Hernandez, dan J. Eric S. Thompson.

Adalah profesor Gerardo Aldana dari dari University of California, Santa Barbara yang mempertanyakan validitas korelasi — berdasarkan adanya miskorelasi peristiwa astronomi di masa lalu.

Aldana menuliskan hal itu dalam bab khusus di buku “Calendars and Years II: Astronomy and Time in the Ancient and Medieval World”

Kata dia, Bangsa Maya adalah astronom yang canggih di jamannya. Mereka juga teliti merekam kejadian di langit saat malam hari.

Bangsa Maya mendokumentasikan fase Bulan, gerhana, dan bahkan melacak pergerakan Planet Venus. Catatan mereka memungkinkan mereka untuk memperkirakan siklus astronomi masa depan dengan akurasi besar.

Menurut Aldana, meski GMT menggunakan sumber bukti astronomi, arkeologi, sejarah untuk mengkorelasikan ‘Long Count’ dengan kalender modern, ada keraguan ketika bukti-bukti itu ditafsirkan dari artefak Maya kuno dan teks kolonial.

Misalnya, peristiwa penting, tanggal pertempuran yang ditetapkan penguasa Dos pilas (situs Maya di Guatemala). Penguasa Balaj Chan K’awiil memilih tanggal ini berdasarkan penampakan ‘Chak Ek’.

Oleh arkeolog Stockholm University, Johan Normark, ‘Chak Ek’ diartikan sebagai Venus. Namun, Aldana dalam studinya menentang hal itu. Kata dia, ‘Chak Ek’ adalah meteor.

Bayangkan, jika kejadian dikorelasikan dengan Venus tapi sejatinya itu berkaitan dengan peristiwa acak seperti halnya penampakan meteorit? Jelas hasil dari menghubung-hubungkan waktu dalam kalender Maya dengan kalender modern acak-acakan dan pasti selisih.

Dalam tulisannya, Aldana menyajikan beberapa alasan mengapa konstanta GMT tak bisa diandalkan. Dia bukan orang pertama yang meragukannya.

Namun, penelitian lebih lanjut seperti penentuan waktu dengan radiokarbon perlu dilakukan untuk mendukung dalilnya.

Jadi, masih percaya kiamat bakal terjadi 2012?

(Sumber: LiveScience, Discovery News/hs)

Selasa, 25 Januari 2011

Manusia Hobit di Flores Mengecil Karena Kekurangan Yodium

Manusia Hobit di Flores Mengecil Karena Kekurangan Yodium

Manusia kerdil atau hobit yang ditemukan di Flores ternyata bukan spesies berbeda dari manusia modern. Penelitian membuktikan, tubuh para hobit menjadi kerdil hanya karena kekurangan yodium.

Temuan kontroversial ini mematahkan dugaan bahwa hobit yang diperkirakan hidup 15.000 tahun lalu itu merupakan spesies baru yang berbeda dengan manusia. Bahkan spesies itu sudah diberi nama Homo floresiensis, sesuai tempat penemuan yakni di Pulau Flores.

Peneliti dari University of Western Australia, Australia, Prof Charles Oxnard pertama kali melontarkan dugaan itu pada tahun 2008. Karena memicu perdebatan sengit, ia lalu membandingkan tengkorak hobit dengan tengkorak simpanse dan manusia.

Hasil penelitian lanjutan itu akhirnya dimuat di jurnal PLoS ONE baru-baru ini. Prof Oxnard mengatakan temuan terbarunya ini telah menegaskan teorinya bahwa hobit merupakan spesies yang sama dengan manusia modern.

Berdasarkan analisis, tidak ada perbedaan antara hobit dengan manusia modern atau Homo sapiens. Para hobit menjadi kerdil karena congenital hypothyroidism atau kekurangan hormon tiroid yang memicu gangguan pertumbuhan atau kretinisme.

“Kretinisme disebabkan oleh berbagai macam faktor lingkungan, termasuk di antaranya defisiensi atau kekurangan yodium,” ungkap Prof Oxnard seperti dikutip dari Sciencedaily, Selasa (28/9/2010).

Ia memperkirakan kurangnya asupan yodium di masa itu adalah penyebab

kretinisme pada manusia hobit. Menurutnya, hal ini konsisten dengan kecenderungan kretinisme hipotiroid endemik yang terjadi di Indonesia pada masa kini.

Fosil manusia hobit yang terkenal itu ditemukan tahun 2003 di Liang Bua, sebuah gua di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Ilmuwan menemukannya saat mencari bukti terjadinya migrasi manusia pertama di Asia yang berasal dari Australia.

Popularitas manusia hobit pernah diangkat dalam film trilogi The Lord of The Rings yang fenomenal. Dari situ digambarkan manusia hobit adalah makhluk-makhluk kerdil.

***

AN Uyung Pramudiarja – detikHealth

Minggu, 16 Januari 2011

Tahu dan Tempe Bisa Picu Sel Kanker Payudara


Tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai dikenal sebagai makanan murah dan kaya gizi. Konsumsi tahu dan tempe sangat penting bagi wanita, karena dianggap dapat memperlambat penuaan.

Namun, bagi penderita kanker payudara tipe tertentu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi tahu dan tempe. Sebab, bisa memicu pertumbuhan sel kanker makin cepat.

Tahu dan tempe mengandung phytoestrogen, yaitu senyawa kimia yang merupakan hormon tumbuhan (phyto artinya tumbuhan), yang memliki struktur kimia menyerupai hormon estrogen pada tubuh manusia. Karena itulah phytoestrogen dianggap bisa membantu menanggulangi masalah penurunan estrogen pada wanita.

Namun, bagi penderita kanker payudara jenis tertentu, konsumsi tahu dan tempe yang bisa memicu makin meningkatnya jumlah hormon estrogen dalam tubuh yang justru bisa merangsang penyebaran kanker lebih cepat.

“Meski tidak semua kanker payudara, namun ada jenis kanker payudara tertentu yang pertumbuhan sel kankernya justru dipengaruhi oleh estrogen. Untuk itu, bagi penderita kanker payudara disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan estrogen seperti tahu dan tempe, termasuk juga kulit ayam,” kata Ahli Kesehatan dan pemerhati gaya hidup lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegeoro Semarang, Dr Grace Judio Kahl, Msc,MH,CHt dalam acara Talk Show Kesehatan di FX Plasa Sudirman, Jakarta.

Meski tahu tempe berbahaya untuk penderita kanker payudara jenis tertentu, makanan yang mudah didapat dengan harga murah ini tetap memiliki manfaat, tentunya bagi mereka yang tidak memiliki pantangan untuk mengonsumsi kedelai.

“Untuk itu, selektif dalam memilih makanan itu penting, terutama bagi Anda yang mengidap penyakit tertentu. Konsultasi dengan dokter ahli gizi untuk membantu mengatur pola makan,” ujar dr Grace.


ervakurniawan.wordpress.com

Rabu, 12 Januari 2011

Perjalanan luar angkasa tidak seperti yang kita bayangkan, banyak bahaya mengerikan diluar sana yang mungkin belum kita ketahui. Inilah 4 fakta mengerikan seputar perjalanan ke luar Angkasa yang pernah terjadi.

1. Bangkai Makhluk Hidup
Penelitian dan eksplorasi ruang angkasa telah mengorbankan sejumlah nyawa makhluk hidup, terutama hewan. Jika Anda mengira mengorbankan monyet dan anjing di lab-lab pengujian atas nama ilmu pengetahuan di Bumi, sudah cukup buruk, bayangkan hal ini.

Sejumlah misi luar angkasa awal melibatkan prosedur re-entri ke Bumi. Sayangnya, tidak seluruh pesawat ulang alik berhasil. Diperkirakan, kini banyak bangkai anjing dan simian, jenis monyet yang mirip dengan manusia, yang telah menjadi mumi terus mengorbit Bumi sampai saat ini.

2. Kebocoran Udara
Alexei Leonov merupakan kosmonot Rusia pertama yang berjalan di ruang angkasa pada tahun 1965 lalu. Sayangnya ia mengalami kebocoran udara dan bahan pakaian mengalami kaku yang tidak diantisipasi sebelumnya.

Kakunya material kostum memaksa ia berupaya kembali ke dalam kapsul dengan susah payah. Ia terpaksa harus menurunkan tekanan di dalam kostum dengan risiko bahan kostum itu menggencetnya ke dalam.

Belum selesai sampai di situ, Voskhod, pesawat yang ia tumpangi meleset dari jalur dan mendarat di pegunungan Ural. Ia terpaksa tetap tinggal di dalam kapsul ruang angkasa tersebut di dalam sampai pertolongan tiba. Di luar, serigala lapar sudah menunggu.

3. Toilet
Pada 5 Mei 1961, astronot Alan Shepard lebih memilih untuk kencing di celana di pesawat Freedom 7 yang ia tumpangi. Andrew Chaikin, penulis khusus luar angkasa mendeskripsikan, perjalanan ke orbit demikian mengerikan.

Ia menuliskan bahwa toilet di ruang angkasa hanyalah berbentuk pembungkus seperti topi dengan lapisan perekat di pinggirnya. Astronot perlu mengoleskan atau memberikan lapisan anti kuman setelah ia buang hajat.

Nasihat para astronot bagi yang terpaksa memenuhi panggilan alam adalah: telanjang, siapkan waktu sekitar satu jam, dan bawa tisu banyak-banyak. Lakukan secepat mungkin sebelum urin membeku.

4. Dekompresi Mendadak
Tiga orang astronot Soyuz 11 tewas saat pesawat itu melepaskan tekanan udara saat akan masuk kembali ke atmosfir. Tahun 1965, seorang teknisi dari Johnson Space Center, Houston, AS berhasil hidup dan menceritakan pengalaman serupa.

Saat ia berada di ruang vakum, kecelakaan terjadi dan secara tidak sengaja, kostum luar angkasa yang ia gunakan kehilangan tekanan. Sebelum ia kehilangan kesadaran, yang ia rasakan adalah sensasi lembab yang ia rasakan di lidah terasa seperti mendidih.

Tidak seluruh pakar sepakat seputar gejala dekompresi mendadak. Akan tetapi, beberapa kemungkinannya adalah daging yang membengkak, darah menguap, bola mata meletus, dan pecahnya paru-paru.

Anda masih tertarik untuk pergi ke ruang angkasa dalam waktu dekat?

4 Fakta Mengerikan Mengenai Misi Ke Luar Angkasa


Perjalanan luar angkasa tidak seperti yang kita bayangkan, banyak bahaya mengerikan diluar sana yang mungkin belum kita ketahui. Inilah 4 fakta mengerikan seputar perjalanan ke luar Angkasa yang pernah terjadi.

1. Bangkai Makhluk Hidup
Penelitian dan eksplorasi ruang angkasa telah mengorbankan sejumlah nyawa makhluk hidup, terutama hewan. Jika Anda mengira mengorbankan monyet dan anjing di lab-lab pengujian atas nama ilmu pengetahuan di Bumi, sudah cukup buruk, bayangkan hal ini.

Sejumlah misi luar angkasa awal melibatkan prosedur re-entri ke Bumi. Sayangnya, tidak seluruh pesawat ulang alik berhasil. Diperkirakan, kini banyak bangkai anjing dan simian, jenis monyet yang mirip dengan manusia, yang telah menjadi mumi terus mengorbit Bumi sampai saat ini.

2. Kebocoran Udara
Alexei Leonov merupakan kosmonot Rusia pertama yang berjalan di ruang angkasa pada tahun 1965 lalu. Sayangnya ia mengalami kebocoran udara dan bahan pakaian mengalami kaku yang tidak diantisipasi sebelumnya.

Kakunya material kostum memaksa ia berupaya kembali ke dalam kapsul dengan susah payah. Ia terpaksa harus menurunkan tekanan di dalam kostum dengan risiko bahan kostum itu menggencetnya ke dalam.

Belum selesai sampai di situ, Voskhod, pesawat yang ia tumpangi meleset dari jalur dan mendarat di pegunungan Ural. Ia terpaksa tetap tinggal di dalam kapsul ruang angkasa tersebut di dalam sampai pertolongan tiba. Di luar, serigala lapar sudah menunggu.

3. Toilet
Pada 5 Mei 1961, astronot Alan Shepard lebih memilih untuk kencing di celana di pesawat Freedom 7 yang ia tumpangi. Andrew Chaikin, penulis khusus luar angkasa mendeskripsikan, perjalanan ke orbit demikian mengerikan.

Ia menuliskan bahwa toilet di ruang angkasa hanyalah berbentuk pembungkus seperti topi dengan lapisan perekat di pinggirnya. Astronot perlu mengoleskan atau memberikan lapisan anti kuman setelah ia buang hajat.

Nasihat para astronot bagi yang terpaksa memenuhi panggilan alam adalah: telanjang, siapkan waktu sekitar satu jam, dan bawa tisu banyak-banyak. Lakukan secepat mungkin sebelum urin membeku.

4. Dekompresi Mendadak
Tiga orang astronot Soyuz 11 tewas saat pesawat itu melepaskan tekanan udara saat akan masuk kembali ke atmosfir. Tahun 1965, seorang teknisi dari Johnson Space Center, Houston, AS berhasil hidup dan menceritakan pengalaman serupa.

Saat ia berada di ruang vakum, kecelakaan terjadi dan secara tidak sengaja, kostum luar angkasa yang ia gunakan kehilangan tekanan. Sebelum ia kehilangan kesadaran, yang ia rasakan adalah sensasi lembab yang ia rasakan di lidah terasa seperti mendidih.

Tidak seluruh pakar sepakat seputar gejala dekompresi mendadak. Akan tetapi, beberapa kemungkinannya adalah daging yang membengkak, darah menguap, bola mata meletus, dan pecahnya paru-paru.

Anda masih tertarik untuk pergi ke ruang angkasa dalam waktu dekat?

detector

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template